MAKNA, SIMBOL, DAN NILAI ESTETIS TARI TRADISI DAN TARI KREASI BARU
MAKNA, SIMBOL, DAN NILAI ESTETIS TARI TRADISI DAN TARI KREASI BARU
Tari
tradisional memiliki karakteristik yang khas pada tiap daerah. Hal ini
disebabkan karena tiap daerah memiliki keunikannya tersendiri, sehingga tari
yang muncul dan berkembang juga memiliki keunikannya masing-masing. Keunikan
tari ini tampak pada gerak, iringan musik, hingga busana dan tata rias wajah
yang dikenakan. Perbedaan karakteristik gerak tari yang paling mencolok adalah
pada motif gerak tangan, kaki, kepala dan gerak anggota tubuh lainnya. Gerak
tari tradisional Indonesia memiliki keunikan di setiap daerah, berikut ini
adalah keunikan gerak tari dari beberapa daerah di Indonesia.
a. Tari
Bali memiliki keunikan pada bola mata yang bergerak ke kanan ke kiri secara
cepat. Selain bola mata, gerak siku tangan penari juga selalu diangkat tinggi
sehingga pada bagian ketiak terlihat.
b. Tari
Gendhing Sriwijaya memiliki keunikan yang terletak pada gerakan jari tangan.
Kekuatan gerak tari Gendhing Sriwijaya terletak pada lentiknya gerakan jari
jemari penari.
c. Tari
Pagelu yang berasal dari Sulawesi Selatan, memiliki ciri khas pada gerak kaki
yang bertahan pada lantai.
d. Gerakan
tangan dan kaki yang kuat, terkadang mengalun, namun patah-patah banyak
dijumpai pada tarian dari Minang. Gerakan yang patah-patah, kuat dan mengalun
disebabkan karena daerah Minang banyak dipengaruhi gerakan-gerakan silat.
e. Keunikan
gerak pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, lengan, leher dan badan,
banyak ditemukan pada tari gaya Surakarta dan Yogyakarta. Keunikan gerak yang
muncul, didasarkan pada karakter tari yang diperankan.
f. Tari
yang berasal dari Papua memiliki keunikan gerak pada kaki. Gerakan-gerakan kaki
penari dilakukan secara ritmis dan sangat dinamis.
g. Tarian
yang memiliki keunikan gerak tangan dan properti, berasal dari suku Dayak.
Gerakan tangan yang melambai, mengayun dengan menyelipkan bulu burung Enggang
yang diselipkan di jari-jari tangannya.
Tari
merupakan ekspresi jiwa yang mengandung maksud-maksud tertentu. Maksud tertentu
dari tari, biasanya dapat dikenali melalui simbol dalam tarian yang akan
mewakili makna yang dimaksud dalam tarian tersebut. Selain itu, simbol gerak dalam
tarian juga dapat membantu dalam menemukan nilai-nilai estetika di dalam tari.
Sebagai contoh, simbol gerak di dalam tari tradisi terdapat pada gerak
Ulap-ulap (dalam tari jawa) yang merupakan stilasi dari orang yang sedang
melihat sesuatu yang jauh letaknya. Kemudian pada simbol gerak Sembah dalam
tari Jawa memiliki arti memberikan penghormatan kepada penonton.
Gerak
dasar tari tradisional dapat dibedakan menjadi gerak murni dan gerak maknawi.
1.
Gerak Murni
Gerak
murni adalah gerak dasar tari yang tidak memperhitungkan makna atau tujuan
tetapi hanya mengutamakan unsur keindahan saja. Gerak murni lebih banyak
ditemukan pada tari tradisional kerakyatan, tari kreasi dan kontemporer. Contoh
gerak murni dapat berupa menggoyangkan badan, melenggang, mengayunkan tangan. Beberapa
tarian kerakyatan yang menggunakan gerak murni antara lain: Tari Jaran Kepang,
Tari Ndolalak, Tari Topeng Ireng, dan Tari Angguk. Untuk memperjelas contoh
gerak murni, berikut ini pada Gambar dibawah adalah tautan tayangan pagelaran
Tari Ndolalak pada kanal Youtube Black Cat, silahkan pindai QR code berikut
dengan smartphone.
Gambar
Tari Dolalak
Sumber:
https://alif.id/read/aziz-dharma/mengintip-dolalak-tarian-yang-dilarang-ulama-b207373p/
2.
Gerak Maknawi
Gerak maknawi adalah
gerakan dasar tari yang memiliki arti serta tujuan tertentu. Gerak maknawi
diperagakan dengan memiliki maksud-maksud tertentu. Gerak maknawi lebih banyak
dijumpai pada tari klasik yang bentuk geraknya bersifat agung dan penuh arti.
Contoh gerak maknawi adalah gerak Ulap-ulap. Berikut contoh gerak maknawi yang
terdapat dalam tari Bedhaya Ela-ela dari Surakarta, seperti terlihat pada Gambar
berikut ini.
Gambar Tari Bedhaya Ela-ela
Sumber: ISI
Surakarta/Youtube.com/Pandu Restu (2016)
Makna
tari sesungguhnya tidak terbatas hanya dapat dikenali melalui simbol gerak,
tetapi juga dapat dikenali dari elemen tari lainnya yaitu dari warna dan desain
kostum, atribut yang dikenakan oleh penari, properti tari, bahkan dari rias
wajah penari. Sebagai contoh, pada tari Ratu Graeni dari daerah Jawa Barat
penari terlihat menggunakan kostum berwarna biru, menggunakan penutup kepala mahkota,
garisgaris dalam rias wajahnya simetris dan sejajar dengan teknik sapuan yang
halus. Dari simbol-simbol yang ditampilkan oleh penari tersebut, dapat dikenali
maknanya bahwa penari sedang membawakan tokoh seorang ratu yang berkarakter
baik hati dan berbudi halus. Dari simbol-simbol yang ditampilan oleh penari,
penonton dapat menemukan keunggulan atau nilai (value) estetika tari yang
diamati.
Nilai
estetika di dalam tari bermacam-macam, diantaranya nilai estetis, nilai
kemanusiaan, dan nilai lainnya. Nilai estetis sering dikatakan sebagai nilai
(value) dalam pengertian indah atau keindahan yang menyenangkan. Untuk memahami
nilai yang terdapat pada tari, berikut adalah contoh pertanyaan yang ditanyakan
kepada peserta didik “Pernahkah kalian melihat pementasan seni tari?”, “Apakah
yang kalian rasakan saat melihat pementasan seni tari?”. Dari pertanyaan
tersebut, tentu saja jawaban dari peserta didik tidaklah sama. Hal ini
dikarenakan tiap-tiap peserta didik memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
Pengalaman menemukan nilai estetis di dalam tari sangat tergantung dari faktor objektif dan subjektif. Faktor objektif sangat dipengaruhi oleh pemahaman penonton terhadap pengetahuannya tentang kriteria benda atau karya yang indah. Benda itu sangat estetis karena adanya sifat-sifat indah yang melekat pada benda dan tidak terkait dengan selera orang yang mengamati. Sifat indah yang melekat pada karya tari bukan hanya indah secara bentuk tetapi juga indah secara isi, artinya di dalam karya tari tersebut mengandung nilaikemanusiaan, nilai pendidikan dan nilai lainnya. Sedangkan faktor subjektif, sangat dipengaruhi oleh selera orang yang mengamati benda atau karya tari.
Komentar
Posting Komentar